MENCARI SOSOK SEORANG PAHLAWAN DALAM DIRI
Oleh feri randani
Apa yang terlintas dalam benakmu ketika mendengar kata
‘Pahlawan’ ? Mungkin akan langsung terbayang wajah Pangeran Diponegoro,
Pattimura, Cut Nyak Dien dan lain sebagainya. Wajah-wajah para Pahlawan
Nasional itu sangat akrab karena tercetak pada lembaran-lembaran uang kertas.
Atau mungkin pikiranmu akan langsung melompat ke tanggal 17 Agustus, saat
segala sesuatu di Republik ini dihiasi dengan warna merah putih dan semangat
nasionalisme yang diwarisi oleh para pahlawan pejuang kemerdekaan lebih terasa
dibandingkan pada bulan-bulan lain.
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pahlawan adalah orang yang menonjol
karena
keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran, pejuang yang
gagah
berani.
Kawan,
simaklah sejenak sepenggal kisah kehidupan beberapa orang yang mendapat
gelar Pahlawan.
Semoga sekelumit kisah dan sejarah hidup mereka dapat menyegarkan
kembali
ingatan kita akan jasa-jasa mereka.
Siapa
yang tak kenal nama Pangeran Diponegoro ? Beliau adalah seorang putra
Raja
Mataram Hamengkubuwana III yang lahir di Yogyakarta ,
11 November 1785. Walaupun berasal dari keturunan ningrat, namun
Diponegoro
lebih tertarik pada kehidupan keagamaan dan merakyat, sehingga beliau
menolak
keinginan ayahnya untuk menggantikan posisi sebagai Raja. Beliau lebih
memilih
tinggal di Tegalrejo, sebuah desa kecil yang jauh dari tembok keraton
dan
memulai perlawanan terhadap penjajahan Belanda.
Dengan gagah berani beliau
mempimpin perlawanan terhadap kaum penjajah yang menduduki tanah
kelahirannya.
Pangeran Diponegoro memilih kehidupan yang sulit dan penuh penderitaan
ketimbang kehidupan di dalam tembok keraton yang menawarkan segala
kemudahan
dan kenyamanan. Beliau wafat dalam pengasiangan pada 8 Januari 1955 di
Makasar,
sebuah daerah yang jauh dari tanah kelahiran yang diperjuangkannya. (sumber
: Wikipedia)
Dari
belahan Indonesia
bagian Timur, tepatnya di Negeri Haria, Saparua, Maluku, lahir seorang
pemuda
gagah berani yang bernama Thomas Matulessy atau yang lebih dikenal
dengan nama
Pattimura. Sikap kepahlawanan sejatinya ditunjukkan dengan keteguhannya
yang
tidak mau berkompromi dengan Belanda walaupun dirayu dengan berbagai
kemewahan
materi dan kedudukan tinggi dalam pemerintahan.
Beliau memilih gugur di tiang
gantungan sebagai Putra Kusuma Bangsa daripada hidup bebas dan sejahtera
sebagai penghianat yang sepanjang hayat akan disesali oleh rahim ibu
yang
melahirkannya. (sumber :
www.tokohindonesia.com)
Sementara
dari ujung Barat Indonesia ,
sesosok wanita gagah perkasa yang lahir di Lampadang, Aceh pada tahun
1848,
telah menorehkan catatan dengan tinta emas dalam sejarah perjuangan
Republik
ini. Cut Nyak Dhien bersumpah akan terus memerangi kaum penjajah hingga
akhir
hayatnya. Setelah suami pertamanya gugur dalam pertempuran, Cut Nyak
Dhien
dilamar oleh Teuku Umar, salah satu tokoh yang juga melawan Belanda.
Pada
awalnya Cut Nyak Dhien menolak, tetapi karena Teuku Umar
memperbolehkannya ikut
serta dalam medan perang, Cut Nyak Dhien setuju untuk menikah dengannya
pada
tahun 1889 yang menyebabkan meningkatnya moral pasukan Aceh. Setelah
Teuku Umar
gugur di medan
perang, Cut Nyak Dhien meneruskan perjuangan suaminya seorang diri
hingga wafat
di pengasingan. Beliau wafat pada tanggal 6 November 1908 dan dimakamkan
di
Gunung Puyuh, Sumedang, Jawa Barat.(sumber
: Wwikipedia)
Sekarang,
mari kita tengok sejenak kisah para pejuang Islam. Lembaran catatan
kehidupan
dan sejarah perjuangan mereka telah terukir dalam ribuan
literatur-literatur
dunia. Saya hanya menampakkan ‘selayang pandang’ kisah mereka.
Khalid
Bin Walid, seorang pahlawan Islam yang teguh, lahir dari keluarga kaya
dan
terpandang di kota
Mekkah. Khalid bin Walid adalah pahlawan kaum Quraisy saat pasukan Islam
mengalami kekalahan pada perang Uhud. Pasukan Islam lebih tertarik oleh
harta
rampasan perang sehingga tanpa pikir panjang meninggalkan pos-pos untuk
menjaga
tanah genting. Khalid yang waktu itu memimpin pasukan Quraisy segera
memanfaatkan kelemahan kaum muslimin ini dan membalikkan keadaan
sehingga kaum
Quraisy berhasil memenangkan peperangan. Ketika akhirnya Khalid bin
Walid
mendapat hidayah dan masuk Islam, kemampuan berperangnya digunakan untuk
membela islam dan meninggikan kalimatullah dengan perjuangan jihad.
Khalid Bin
Walid adalah salah satu pahlawan terbesar sepanjang sejarah islam. (sumber
: hikmatun.wordpress.com)
Sultan
Salahuddin Al-Ayyubi, namanya telah terpateri dan terpahat dalam sejarah
perjuangan umat Islam karena mampu menyapu bersih, menghancur leburkan
tentara
salib yang merupakan gabungan pilihan dari seluruh benua Eropa. Jarang
sekali
dunia menyaksikan sikap patriotik dan heroik bergabung menyatu dengan
sifat
perikemanusiaan seperti yang terdapat dalam diri pejuang besar itu.
Perang
salib adalah peperangan yang paling panjang dan dasyat penuh kekejaman
dan
kebuasan dalam sejarah umat manusia, memakan ratusan ribu jiwa, dimana
topan kefanatikan
membabi buta dari Kristen Eropa menyerbu secara menggebu-gebu ke daerah
Asia
Barat yang beragama Islam.
Sultan Salahuddin Al-Ayyubi telah membaktikan dan
membuktikan dalam menghadapi serbuan ke tanah suci Palestina selama dua
puluh
tahun, dan akhirnya, dengan kegigihan, keampuhan dan kemampuannya dapat
memukul
mundur tentara Eropa di bawah pimpinan Richard The Lion Heart – Richard
si hati
singa – dari Inggris. (sumber : www.oaseislam.com).
Itulah
secuil kisah-kisah kepahlawanan Nasional dan Islam. Kalau begitu, apakah
setiap
kita bisa menjadi seorang Pahlawan ? Ataukah hanya mereka saja yang
memang
telah ditakdirkan oleh Tuhan untuk menjadi orang-orang ‘besar’ ? Mereka
yang
ditakdirkan hidup pada masa perjuangan, masa perang, masa pergolakan.
Apakah
kita yang hidup pada masa kemerdekaan dan kebebasan tidak bisa menjadi
seorang
pahlawan?
Saya
tersentuh dan terinspirasi oleh sebuah lirik lagu milik Mariah Carey
yang
berjudul Hero
There’s a hero, if you look into your heart
You don’t have to be afraid of what you are
There’s an answer, if you reach into your
soul
And the sorrow that you know will melt away
Jika
kau adalah seorang pelajar atau mahasiswa yang rela mengorbankan waktu,
tenaga,
dan pikiran untuk istiqomah dalam menuntut ilmu serta teguh pendirian
dan
berani melawan godaan untuk ‘have fun’,
maka kau adalah seorang pahlawan.
Jika
kau adalah seorang karyawan - kantoran atau pabrik, dirut atau
office-boy - yang
bekerja dengan ikhlas dan berani dengan tegas menutup semua pintu-pintu
syetan
yang terbuka lebar menawarkan ‘kemakmuran instan’. Jika kau mempunyai
prinsip
lebih baik hidup pas-pasan – pas butuh pas ada – daripada hidup
berlebihan –
apalagi berlebihan hutang - , maka kau adalah seorang pahlawan.
Jika
kau adalah seorang musisi jalanan yang mempunyai sebuah mimpi besar
untuk
menjadi seorang ‘superstar’ namun nasib belum berpihak. Lantas kau
mengarungi
belantara jalanan ibukota, menantang teriknya matahari dan derasnya
hujan,
melompat dari satu bis ke bis yang lain, berusaha menghibur para
penumpang
dengan suara sumbang dan petikan sember gitar tuamu. Seringkali kau tak
mendapat sekeping pun uang logam, malah cemooh dan makian yang hinggap
di
gendang telingamu. Namun kau menjalani semua itu dengan ikhlas agar
tidak
menjadi beban bagi orang lain. Dan kau berani menolak ajakan untuk
merampas
MENCARI SOSOK SEORANG PAHLAWAN DALAM DIRI
Oleh feri randani
Apa yang terlintas dalam benakmu ketika mendengar kata
‘Pahlawan’ ? Mungkin akan langsung terbayang wajah Pangeran Diponegoro,
Pattimura, Cut Nyak Dien dan lain sebagainya. Wajah-wajah para Pahlawan
Nasional itu sangat akrab karena tercetak pada lembaran-lembaran uang kertas.
Atau mungkin pikiranmu akan langsung melompat ke tanggal 17 Agustus, saat
segala sesuatu di Republik ini dihiasi dengan warna merah putih dan semangat
nasionalisme yang diwarisi oleh para pahlawan pejuang kemerdekaan lebih terasa
dibandingkan pada bulan-bulan lain.
barang milik orang lain. Maka kau adalah seorang pahlawan.
Jika
kau adalah seorang penjaga pintu perlintasan kereta api atau penjaga
pintu air
yang mengemban tugas yang amat berat sementara penghargaan dalam bentuk
materi
yang kau terima sangat sedikit tak sebanding dengan beratnya akibat yang
harus
kau pikul bila sekali saja kau lalai dalam tugas. Namun kau menjalani
pekerjaan
yang telah menjadi jalan hidupmu itu dengan ikhlas. Maka kau adalah
seorang
pahlawan.